Being a Mom (Pict by Pixabay) |
Dear, moms...menjadi
perempuan dan ibu adalah suatu anugerah dari Yang Kuasa. Dari sanalah terdapat
ladang pahala tiada tara. Ketika mengandung, melahirkan, dan mengasuh buah
hatinya, semua diganjar surga. Maka moms, tenang dan nikmatilah detik demi detiknya.
Saat hamil, menyusui, mengasuh buah hati tercinta. Menyeimbangkan emosi dalam
tiap momentnya, terutama saat mengandung. Dimana moms mengalami mood swings
akibat sebuah hormon yang disebut sebagai hormon hamil. Lebih – lebih di
trimester pertama, dimana terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
yang mempengaruhi kerja otak dalam memanage emosi.
Baca Juga : Less Stress More Happy
Pada masa ini, ibu hamil
bisa begitu excited akan kehadiran buah hati. Atau sebaliknya, cemas, takut,
khuatir, bercampur jadi satu. Mungkin kekhawatiran atas proses persalinan,
seperti takut sesar, membayangkkan rasa sakit, takut baby lahir kurang normal, atau
karena kondisi yang sudah terdeteksi sejak hamil seperti plasenta akreta.
Plasenta akreta merupakan
kondisi yang tidak diinginkan oleh semua ibu hamil sebab plasenta akreta
merupakan kelainan plasenta yang akan menyulitkan proses persalinan dan
berpotensi mebahayakan janin. Wajar bila ibu hamil merasa takut dan khuatir
bila mengalami ini
Bagaimana dengan moms,
pernah dengar istilah plasenta akreta? Apa bahayanya terhadap janin? Untuk mengetahuinya...Yuk!
kita simak paparan expert dr. Darrell Fernando, S.pOG dalam kulwap komunitas
Orami Kamis, 27 Oktober 2019 yang telah saya kemas dalam “Plasenta Akreta dan
Bahayanya terhadap Janin”.
Kulwap with Expert (Pict by Orami) |
Plasenta Akreta dan Faktor Resikonya
Plasenta Akreta adalah
suatu kondisi kelainan pada kedalaman implantasi plasenta. Dimana plasenta
“tumbuh” masuk kedalam dan bisa menembus dinding rahim. Plasenta akreta
sebetulnya jarang terjadi, kemungkinan terjadinya hanya sekitar 1:300 hingga
1:2000 dari sekian jumlah ibu hamil. Namun seiring dengan meningkatnya angka persalinan
cesar, kasus plasenta akreta menjadi sering ditemukan. Jadi, faktor penyebab
resiko timbulnya plasenta akreta pada ibu hamil, tidak lain disebabkan adanya
tindakan operasi pada rahim seperti beberapa kasus.
-
Riwayat
operasi sesar sebelumnya
-
Kuret
berulang
-
Riwayat
infeksi atau pelengketan didalam dinding rahim
-
Riwayat
plasenta akreta sebelumnya
Surgery (Pict by Pixabay) |
Diantara semua faktor resiko diatas, yang paling
sering ditemukan adalah riwayat operasi sesar pada persalinan sebelumnya. Terlebih
bila disertai plasenta previa, yaitu letak
plasenta dibawah atau menutupi jalan lahir. Berikut ini kemungkinan resiko
akreta dengan riwayat persalinan sesar.
Belum pernah sesar, resiko akreta 0,24%, akan meningkat
3% bila disertai plasenta previa.
Sesar sekali, resiko akreta 0,31%, bisa meningkat
sekitar 11% bila disertai plasenta previa.
Sesar dua kali, resiko akreta menjadi 0,57%, bisa
meningkat hingga 40% bila disertai plasenta previa.
Sesar tiga kali, resiko akreta 2 – 7%, meningkat
menjadi 60 – 70% bila disertai plasenta previa.
Bahaya Plasenta Akreta
Plasenta akreta sangat berbahaya bagi ibu hamil. Plasenta
dapat menembus dinding rahim sampai keperut, kandung kemih, dan seterusnya. Sehingga
menyebabkan pendarahan. Plasenta akreta juga dapat mengganggu pertumbuhan janin
dan menyebabkan kematian calon baby
akibat banyaknya pendarahan.
Upaya Pencegahan dan Penanganan
Setelah mengetahui plasenta akreta dan bahayanya
terhadap janin, kini apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam mewaspadai
plasenta akreta?
Satu – satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin dan USG. Terutama ketika kehamilan berusia
20 minggu. Hal ini bertujuan mengetahui letak plasenta dan kedalaman invasi
plasenta.
Plasenta akreta dan previa tidak bisa dideteksi hanya melalui pemeriksaan
luar. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya plasenta previa saja tanpa
tanda timbulnya akreta, maka perlu dilakukan USG berkala. Yaitu pada saat usia
kehamilan 28 minggu dan 34 sampai 36 minggu. USG berkala ini untuk memantau
perkembangan plasenta previa. Sebab sekitar 80% kasus plasenta previa akan naik
seiring membesar dan bertambahnya usia kehamilan.
Pregnant Cek Up (Pict by Pixabay) |
Dan apabila dalam
pemeriksaan ditemukan tanda – tanda plasenta akreta, maka ibu hamil harus
dirujuk kerumah sakit yang punya tim dokter khusus yang mampu menangani plasenta
akreta. Penanganannya ialah dengan tindakan operasi sesar sampai dengan kemungkinan
mengangkat rahim (histerektomi)
setelah usia kehamilan 37 minggu, tanpa menunggu kontaksi terlebih dahulu. Resiko
pada plasenta akreta ialah pendarahan hebat saat operasi, sehingga harus
dipersiapkan darah atau donor darah.
Baca Juga : Imunoterapi, Terobosan Baru Pengobatan Kanker
Baca Juga : Imunoterapi, Terobosan Baru Pengobatan Kanker
So, sekali lagi tidak ada
upaya khusus dalam pencegahan kasus plasenta akreta dan previa, kecuali dengan
deteksi dini melalui USG. Selain itu, moms dengan riwayat sesar, kuret
berulang, dan faktor resiko akreta, dianjurkan untuk cek secara rutin ke dokter
spesialis kandungan (SPOG) saat masa kehamilan.
Nah, demikian paparan expert untuk
plasenta akreta ini. Setelah mengetahui plasenta akreta dan bahayanya terhadap
janin, tentu kini moms lebih aware dan tahu apa yang harus dilakukan. Diatas itu
semua, tentu kita harus mendekatkan diri dan banyak berdo’a memohon
pertolonganNya. Karena segalanya milikNya dan semua terjadi tentu atas kuasaNya.
Posting Komentar
Posting Komentar