Pentingnya Menggunakan Kalimat Positif untuk Anak Usia 1 sampai 5 Tahun

Posting Komentar

Komunikasi Ibu dan Anak

   Hallo, moms...saya mau sharing lagi nih tentang childhood dan parenting. Yaitu tentang pentingnya menggunakan kalimat positif untuk anak usia 1 – 5 tahun. Bersyukur, deh! lagi – lagi saya dapet ilmu baru tentang parenting. Apalagi untuk tema diatas, cocok banget. Karena anak saya Nay, kini usianya beranjak 4 tahun. Gimana sih kiat agar konsisten menggunakan kalimat positif saat berkomunikasi sama anak. Yuk simak penuturan expert Mbak Liza Djaprie, psikolog klinis, hipnoterapis, serta seorang life coach ini dalam kulwap Orami tanggal 15 November 2019 lalu.
   Bicara soal komunikasi positif dengan anak, tentu tidak terlepas dari tahap perkembangannya. Sebab komunikasi positif yang sesuai dengan tahap perkembangan, tentu menentukan keberhasilan komunikasi tersebut.  Oleh karenanya, akan diulas 3 pendekatan tahap perkembangan.
1. Teori Umum
   Menurut teori umum, anak hingga usia 3 tahun umumnya dependen, tetapi kompeten pada saat yang sama. Disisi lain mereka bergantung pada lingkungan, tetapi juga mampu mengerjakan beberapa hal dalam kehidupan. Seperti membantu merapikan mainan, menyiapkan meja makan, dan sebagainya.
   Kelekatan pada orangtua atau pengasuh mulai muncul diakhir tahun pertama. Oleh karenanya, penting menciptakan lingkungan yang memupuk kelekatan tersebut sejak dalam kandungan, sejak lahir, dan seterusnya. Pada usia ini juga, proses belajar dan mengingat sudah mulai terbentuk.     Kemampuan berkomunikasipun mulai berkembang pesat, khususnya diakhir tahun kedua. Demikian juga dengan kesadaran dirinya yang mulai muncul. Dan diakhir tahun kedua pun, timbul ketertarikan pada anak – anak lain.
Kelekatan dengan Orangtua

Baca Juga : Anak Obesitas? Kapan harus Was - was?

   Kemudian pada anak usia 3 – 5 tahun, keluarga dan lingkungan terdekat masih menjadi fokus utama anak meski minat terhadap dunia luar semakin besar. Pada tahap ini, independensi harusnya sudah makin terasah. Sedangkan secara fokus, ia masih egosentrik (pada diri sendiri), tetapi masih bisa memahami perspektif orang lain. Akibat egosentrik yang dimilikinya, anak akan sering terlibat argumen dengan lingkungan. Disaat yang sama, sebetulnya ia sedang mengasah sens of powernya.    Adapun dari segi kognitif, pada usia ini belum begitu matang, anak hanya akan banyak imajinasi.
2. Teori Kognitif
   Anak usia 1 – 5 tahun, berada dalam tahap melatih perkembangan sistem representational. Butuh menggunakan simbol – simbol untuk menjelaskan orang, lingkungan, perasaan, tempat, dan hal - hal lain dalam hidupnya.
3. Pendekatan Psikososial
   Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui ditiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan pada tahap 1 akan membantu proses perkembangan ditahap berikutnya. Anak sejak lahir sampai usia 1,5 tahun, sedang punya tugas belajar otonomi vs malu & ragu. Oleh karenanya perlu dilatih independensinya. Bila dapat dilalui dengan baik, ia akan tumbuh menjadi individu yang mampu menggunakan otonominya secara tepat.
   Sedangkan anak usia 3 – 6 tahun sedang melatih inisiatif vs rasa bersalah. Ia berlatih bagaimana mengasah inisiatif belajar hal – hal baru, mampu mengolah rasa malu, ragu, serta rasa bersalah yang ia asumsikan sendiri.
   Nah, setelah membaca kembali tahap – tahap perkambangan diatas, barulah kita mulai apa sih komunikasi positif itu? Mengapa penting menggunakan bahasa positif?
Pentingnya Komunikasi Positif kepada Anak
   Komunikasi positif pada dasarnya adalah kemampuan menyampaikan pikiran, perasaan, pendapat mengenai segala hal, termasuk yang diasumsikan negatif, dengan bahasa dan sikap positif. Dengan menerapkan sikap dan komunikasi positif kepada anak, diharapkan orangtua akan mendapatkan respon positif...and at the end of the day, ada proses pembentukan atau perubahan perilaku kearah positif pula.
   Mengapa ini penting, terutama dalam menghadapi anak usia 1 – 5 tahun?
Pertama, anak pada usia tersebut, bagaikan sebuah pohon yang sedang tumbuh berkembang dari akarnya. Makin kuat akar pohon, makin kokoh ia berdiri dikemudian hari. Dan tentang bagaimana kita menguatkan akar tersebut, bergantung pada proses parenting yang kita lakukan setiap waktu, setiap saat dengan anak.
   Kedua, anak usia tersebut ibarat sponge cuci piring. Dimana ia bergantung pada apa yang dimasukan padanya oleh lingkungannya. Mengapa demikian? Sebab seperti dalam teori perkembangan diatas, anak pada usia tersebut belum memiliki kemampuan analytical dan logic yang baik. Mereka sangat konkrit dalam berpikir dan sangat bergantung pada lingkungan, hingga apapun yang dikatakan oleh lingkungan akan ditelan mentah dan dipercaya sebagai suatu kebenaran, tanpa filter dan analisa.
Olah Informasi

   Seperti sebuah laptop atau HP, apapun program dan aplikasi yang dimasukan kedalamnya, secara langsung akan beroperasi sesuai dengan yang diprogramkan. Lalu bagaiaman seharusnya komunikasi positif ini terprogram pada anak?
1. Komunikasi positif, merupakan komunikasi yang bukan ditujukan untuk menyerang individu tetapi lebih kepada perilakunya saja yang kurang tepat. Pergunakan kalimat – kalimat yang lebih untuk megelaborasi situasi serta perilaku – perilaku yang ada, bukan personal attack pada anak. Sebagai contoh, “dengan kamu memukul teman seperti tadi disekolah, kamu sebenarnya sedang melakukan perbuatan yang kurang baik, nak. Mari yuk, coba kita lihat, dalam kondisi kesal, teman tidak mau gantian main, ada ngga ya...perilaku lain yang lebih tepat untuk kamu kasih tahu kekesalan kamu?”
2. Berlatih untuk membantu anak mengenali emosinya melalui kalimat – kalimat encouragement. Seperti contoh diatas, mom membantu anak mengenali emosinya dan membantu anak belajar bahwa beremosi itu ok atau sah saja. Yang tidak ok kadang perilaku yang menyertai emosi tersebut. Mengapa ini penting? Karena ketika orangtua secara positif menerima dan membantu anak mengatasi emosi tersebut, komunikasi positif pun semakin terasah.

Emosi

3. Selalu berusaha menggunakan kalimat dalam bentuk kalimat positif. Sebagai contoh, ibu tahu kamu anak baik, nak. Anak berani, dan sebagainya. Karena alam berpikir ketika anak diberikan kalimat dalam bentuk kalimat negatif, malah memicu anak untuk melakukannya. Alam berpikir, apalagi alam bawah sadar, memiliki sifat “ngeyel” dan “penasaran”. Ketika dibilang tidak, ia malah akan penasaran untuk mencoba melakukannya. Komunikasi orangtua dengan kalimat negatif akan selalu jadi boomerang bagi orangtua. Yang harus diingat, apapun komunikasi yang kita lakukan, akan menjadi landasan akar untuk anak. Anak terlahir penuh percaya diri dan yakin akan kemampuannya. Anak tergantung label orangtua terhadapnya.
    Demikian paparan Mbak Liza Djaprie soal pentingnya menggunakan komunikasi positif pada anak yang dapat menjadi bekal bagi kita para orangtua dalam mengasuh anak – anak kita. Yuk moms, dan saya tentunya, tebarkan aura, sikap dan tutur positif untuk generasi yang lebih baik.





wawa rafsanjani
Hallo, shobat pembaca. Welcome to my personal blog. Saya adalah ibu dua orang putri. Kegiatan saya sehari - hari menemani aktivitas, menjadi teman main, dan bertumbuh bersama mereka. Saya happy dan bersyukur punya mereka. Sesekali saya juga mengisi sebuah kelas di salahsatu sekolah swasta. Berjualan online, jalan - jalan tipis, kulineran, nulis, ngonten, dan masih banyak lagi. Semoga blog ini bisa nambah satu lagi referensi yang menyenangkan dan bermanfaat. Yuk, collabs with me! �� Sri.rafsanjani90@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar