Anak Percaya Diri |
Weekend lalu, saya dibuat terkesan oleh si kecil saat saya bawa dia kesuatu kelas parenting. Disana banyak anak – anak seusianya, yang bikin saya impress bahwa Widad punya inisiatif menyapa teman – teman barunya itu lewat gestur juga tutur. Pasalnya, ini terbilang kali pertamanya playdate sama anak baru. Jadi putri saya, memang ia belum masuk ke bangku sekolah ya, moms. Apakah itu berarti indikasi Widad punya percaya diri yang tinggi?...
Percaya Diri, Seberapa Pentingkah?
Kepercayaan diri memang merupakan hal penting dalam mendorong suksesnya anak. Percara diri dapat dikatakan modal. Jika anak sudah punya percaya diri, maka akan mudah baginya mengeluarkan potensi dirinya. Sebaliknya, jika ia kurang percaya diri, sebesar apapun potensinya akan sulit muncul.
Lalu bagaimana ya...membangun rasa percaya diri anak?, Wenny Hikmah, M. Psi., dalam kulwap Orami, Selasa 11 Desember 2019 tentang membangun rasa percaya diri anak sejak dini, menyatakan bahwa tiap fase atau tahapan usia anak memiliki masa krisisnya sendiri tentang percaya diri. Oleh karenanya, cara membangun dan mengatasinya juga berbeda – beda.
Bangun dan Pupuk Percaya Diri Anak |
Percaya diri anak, juga tidak bisa ditanamkan atau dipupuk hanya sekali saja. Sebab, anak bisa saja percaya diri saat ia TK atau mau masuk sekolah. Namun setelah SD, rasa percaya dirinya menurun. Saat duduk dibangku SMP, rasa percaya dirinya kembali meningkat, misal.
Baca Juga : Anak Obesitas? Kapan harus Was - was?
Anak yang mengalami ketidakpercayaan diri, bukan berarti ia gagal dalam tahap tumbuh kembangnya. Namun, hal itu disebabkan faktor situasi alamiah dan ada pula karena adanya tantangan situasi baru.
Wah...dari sini jadi paham ya, moms. Anak kita kurang percaya diri, jangan cepat ambil kesimpulan macam – macam apalagi smpai merasa bersalah ataupun menyalahkan anak. Rasanya unfair. Pada pembahasan tentang membangun percaya diri anak sejak dini ini, Mbak Wenny Hikmah, M.Psi., memfokuskan pada anak usia 1 sampai 5 tahun. Bagaimana percaya diri mereka saat itu, saat anak sedang menghadapi masa transisi dari zona aman keluarga, ke zona tidak nyamannya dilingkungan luar, seperti sekolah, dan sebagainya.
Apa sih yang biasanya membuat anak usia 1 sampai 5 tahun merasa tidak percaya diri?
Seorang anak, biasanya dianggap tidak percaya diri saat ia tidak mau membaur dengan temannya, tidak mau bersalaman dengan teman baru atau orang yang baru dikenalnya, menempel terus dengan orangtuanya saat ditempat umum.
Jika anak kita menunjukan reaksi semacam itu, artinya...situasi tersebut menggambarkan perasaan tidak aman atau tidak nyaman baginya. Tidak usah anak balita, kita orangtua saja...jika diminta berbicara tentang satu hal yang kita tidak mengerti hal tersebut, pasti kita lebih memilih diam, mengamati terlebihdahulu, atau mencari tahu.
Anakpun demikian, makanya kemampuan anak dalam mencari tahu ini perlu sekali difasilitasi oleh kita orangtua. Buru – buru meminta anak menghadapi situasi yang ia bahkan belum tahu, atau yang belum membuatnya nyaman, akan beresiko membuat anak setres. Lalu apa yang seharusnya kita orangtuanya lakukan?. Yang perlu kita lakukan adalah secara bertahap memperkenalkan situasi tersebut pada anak. Menunggunya memahami, mengenal, dan merasa nyaman dengan situasi barunya.
Baca Juga : Pentingnya Menggunakan Kalimat Positif untuk Anak Usia 1 sampai 5 Tahun
Semakin anak merasa nyaman dan paham situasi yang akan ia hadapi, maka akan semakin mudah bagi anak untuk tampil percaya diri pada situasi tersebut. Pengalaman baru, akan menjadi landasan tolak ukur untuk situasi lainnya yang akan ia hadapi. Cara seperti diatas, bisa kita orangtua praktikan saat anak akan memasuki dunia sekolah, baik TK atau kelompok bermain. Masa orientasi, penting bagi anak untuk menyiapkan dirinya menjadi lebih percaya diri pada situasi baru.
Percaya Diri dan Kooperatif dengan Situasi Baru |
Pas banget nih, Widad putriku yang sholihah kebetulan akan masuk sekolah ditahun ajaran baru. Saya jadi punya insigh bagaimana menyiapkannya nanti. Dan memang sih...saya berencana mengenalkan ia dilingkungan sekolahnya sekitar 6 atau paling sedikit 3 bulan sebelum ia benar – benar terdaftar. Akur nih, sehati sama pakar psikolog Mbak Wenny.
Nah, terakhir dari Mbak Wenny Hikmah soal membangun percaya diri anak sejak dini ini...beliau memberikan 7 tips yang bisa kita orangtua lakukan untuk membangun dan memupuk rasa percaya diri anak dalam keseharian
1. Apresiasi hal positif yang dilakukan anak saat proses ia tampil di situasi baru.
2. Berikan anak kesempatan untuk bertemu lingkungan baru secara berkala dan berinteraksi dengan ragam situasi baru.
3. Ajak anak ngobrol santai dan fasilitasi anak untuk menilai perasaannya pada situasi yang menunjukan ia kurang percaya diri. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan mau mencoba dilain waktu.
4. Lakukan roleplay dirumah, dimana anak menunjukan kemampuannya. Misal panggung yang disaksikan anggota keluarga, dan anak tampil bernyanyi, menari, atau sedang menunjukan bakat lainnya. Hal ini, bisa menjadi laboratorium bagi anak.
5. Tidak melabel negatif anak pada hal yang belum bisa ia lakukan. Label negatif akan mudah dipercayai anak dan menghambat kepercayaan dirinya.
6. Tidak membandingkan anak dengan saudara, teman, atau anak lainnya ya moms. Pada orang dewasa, mungkiin hal semacam itu menjadi motivasi, namun tidak pada anak. Anak belum memiliki kemampuan mengelola emosi dan inisiatifnya yang masih rendah membuat mereka mudah terpuruk dan bahkan trauma saat moms membandingkannya dengan anak lain.
7. Lihat lebih banyak pada potensi anak dan melabelinya dengan positif. Ini akan membantu anak mengenali dirinya, dan mendukung kepercayaan dirinya.
Support Orangtua dan Lingkungan untuk Anak Meraih Sukses |
Itulah tadi sharing yang amat sangat bermanfaat sekali dari Mbak Wenny Hikmah M.Psi., tentang bagaimana membangun rasa percaya diri anak sejak dini ini ya, moms. Bagaimana kita menguatamakan anak kita diatas segalanya, mendampingi dengan sabar tiap prosesnya. Terkhusus saya, saya jadi mantap untuk tutup telinga kanan kiri. Kalau anak saya belum nyaman, so what?. Karena sejatinya, tolak ukur perkembangan anak ialah dirinya yang dulu dan sekarang. Bukan dengan anak lain. So, are you ready to be better parents?! I’m ready.
Posting Komentar
Posting Komentar